Dari CodeIgniter ke Laravel: Nyaman Itu Musuh Kemajuan
Saya lama pakai CodeIgniter.
Terlalu lama, sampai jadi zona nyaman.
Semua terasa ringan, cepat, familiar.
Routing jelas, MVC sederhana, form validation tinggal panggil library, dan hidup pun terasa damai.
Tapi dunia terus bergerak.
Proyek makin kompleks.
Tim makin besar.
Dan yang lain-lain mulai pakai… Laravel.
Awalnya Ogah, Akhirnya Ketagihan
Awalnya saya anti.
“Ngapain sih pindah? Ribet. Berat. Artisan apa pula itu?”
Tapi makin lama, makin susah menghindar.
Saya masuk circle baru:
Laravel + Inertia.js + React + TailwindCSS.
Dan jujur…
setelah disuruh “coba dulu”, saya baru sadar:
ini bukan ribet — ini powerful.
Laravel Itu Bukan Sekadar Framework
Laravel ngajarin banyak hal yang dulu saya anggap enteng:
- Code structure yang rapi & scalable
- Artisan command yang ngirit waktu
- Middleware yang elegan
- Job queue, notification, scheduler
- Dan komunitasnya… gila, besar dan aktif
Kalau CodeIgniter itu kayak sepeda motor bebek yang bandel dan efisien,
Laravel itu motor listrik modern dengan fitur canggih — tinggal mau belajar atau tetap nostalgia.
Inertia + React + Tailwind: Kombinasi Sakti
Setelah Laravel, saya mulai coba Inertia + React + Tailwind.
Awalnya pusing, tapi ternyata:
- Inertia bikin frontend dan backend ngobrol tanpa ribet API
- React bikin UI lebih hidup
- TailwindCSS? Gak perlu CSS-an ribet, tinggal utility dan semua rapi
Tiba-tiba, saya jadi lebih semangat ngoding lagi.
Dan herannya, lebih betah berlama-lama di project.
Akhir Kata
Bertahun-tahun di zona nyaman bukan dosa.
Tapi kalau kamu terus menolak belajar hal baru cuma karena “sudah nyaman”,
kamu sedang membatasi versi terbaik dirimu sendiri.
“Framework hanya alat. Tapi yang bikin upgrade itu kemauan belajar.”
Terima kasih, CodeIgniter.
Dan halo Laravel — kita mulai lembaran baru.
Ditulis oleh Wasis Sarwo Estu