Starlink Turun dari Langit, Tapi Dipakai Buat Joget TikTok
Internet satelit.
Jangkauan global.
Kecepatan tinggi.
Tanpa menara. Tanpa kabel. Langsung dari orbit.
Satu piringan kecil.
Dipasang di atap.
Dan tiba-tiba sebuah desa yang dulu sinyalnya nyangkut di pohon mangga…
sekarang bisa live streaming dengan latency di bawah 40ms.
Keren kan?
Tapi sayangnya…
Yang Diputar: Joget, Dada, dan Drama
Alih-alih dipakai buat:
- Kuliah daring
- Belajar coding
- Akses literasi digital
- Buka peluang kerja global
Yang muncul justru:
- Joget-joget semi vulgar
- Live TikTok sambil bilang “tolong aku bang…”
- Reaction 3 jam nonton FYP
- Ribut di kolom komentar drama seleb
Teknologi Canggih, Mental Masih Minta Saingan FYP
Starlink itu hasil kerja keras ilmuwan, insinyur, dan roket yang meluncur ke orbit.
Tapi di bawah?
Dipakai buat nyari saweran di TikTok Live sambil manggil “sultan”.
Dipakai buat debat soal hubungan orang lain.
Dipakai buat challenge nggak jelas yang bahkan Elon Musk pun mungkin bingung:
“Apakah ini bentuk interaksi cerdas umat manusia?”
Ketika Infrastruktur Lebih Cepat dari Edukasi
Teknologinya udah canggih.
Tapi edukasinya belum nyampe.
Aksesnya luas, tapi isinya dangkal.
Kecepatannya tinggi, tapi arah tujuannya kabur.
Jangan salahin Starlink.
Dia cuma kasih jalan tol data.
Yang bikin kontennya? Ya kita-kita juga.
Akhir Kata
Bukan salah internet.
Bukan salah satelit.
Bukan salah Elon.
Tapi kalau dikasih jalan menuju perpustakaan, kita malah buka konten genit…
ya wajar kalau teknologi maju, tapi manusia tetap stay di mode nonton-nonton ngiler.
“Koneksi makin cepat. Tapi kesadaran tetap buffering.”
Ditulis oleh Wasis Sarwo Estu