teknologi 03 August 2025

Trump, Teknologi, dan Elon Musk: Tiga Hal yang Sama-Sama Ribut

Trump, Teknologi, dan Elon Musk: Tiga Hal yang Sama-Sama Ribut
Bagikan:

Trump, Teknologi, dan Elon Musk: Tiga Hal yang Sama-Sama Ribut

Donald Trump itu unik.
Satu-satunya orang yang bisa dilarang dari semua media sosial… lalu bikin platform sendiri.
Ketika dunia sibuk ngomong AI, dia masih sibuk nge-tweet pake huruf kapital semua (sekarang di Truth Social, bukan Twitter lagi, eh maksudnya X).

Di satu sisi kita punya Elon Musk, yang pengen pindah ke Mars dan nyambungin otak ke chip.
Di sisi lain, Trump… yang pengen semua orang kembali ke kejayaan Amerika 1950-an — lengkap dengan rambut pomade, TV tabung, dan kalkulator yang berat kayak batu.


Teknologi Menjadi Senjata Politik

Trump paham: platform digital bisa dipakai buat ngatur narasi.
Dia jadi presiden bukan cuma karena debat, tapi karena algoritma.
Karena thread Facebook, karena meme, karena video TikTok yang di-dubbing ulang.

Makanya ketika dia dilarang di semua medsos, dia bikin platform sendiri: Truth Social.
Tagline-nya kira-kira kayak:

“Karena kebebasan berbicara harus dipakai buat ngomel sepuasnya.”


Elon Musk: Si Jenius yang Kadang Capek Ngurusin Dunia

Masuk Elon Musk.
Sosok visioner yang kadang lebih banyak memancing kontroversi daripada nyalain roket.

Trump dan Musk itu kayak saudara tiri:

  • Sama-sama nyeleneh
  • Sama-sama punya fanatik buta
  • Sama-sama suka bikin pasar gonjang-ganjing lewat postingan

Bedanya:
Musk bikin teknologi supaya manusia bisa selamat.
Trump bikin narasi supaya dirinya yang selamat.


Ketika Ego Lebih Cepat dari Kode

Trump pengen semua “great again” — padahal teknologi gak bisa ditarik mundur.
Orang udah pindah ke cloud, dia masih pengen bangun tembok fisik.
Orang udah pakai AI buat nulis buku, dia masih percaya voting bisa dibatalkan lewat surat pos.

Dia gak anti teknologi.
Dia cuma pengen teknologi tunduk sama egonya.


Akhir Kata

Kalau Elon Musk itu kayak software update yang belum stabil tapi penuh fitur,
maka Trump adalah versi Windows XP yang dipaksa install aplikasi 2025.

“Di era penuh sinyal, ada yang tetap nyari loudspeaker.”

Dan entah kenapa…
algoritma suka kasih panggung ke dua-duanya.


Ditulis oleh Wasis Sarwo Estu

Terkait

Lihat Semua