Kita Sibuk Upgrade Gadget, Tapi Nggak Pernah Upgrade Diri
Ada yang aneh di zaman ini.
Kita rela antri tengah malam demi beli ponsel baru.
Rela cicilan 24 bulan asal bisa pegang kamera tiga lensa.
Rela uninstall semua app biar sistem lebih ringan.
Rela baca review, tonton 30 video perbandingan spek, dan debat di kolom komentar soal chipset terbaik.
Tapi kapan terakhir kali kita update diri sendiri?
Upgrade Gadget: Penting, Tapi…
Kita ingin ponsel yang lebih cepat, baterai lebih tahan, layar lebih mulus.
Tapi otak kita masih stuck di pola pikir 2010:
- Ngeluh soal hidup tapi males belajar hal baru
- Nonton video motivasi tapi lupa praktik
- Bikin resolusi tapi gagal disiplin seminggu kemudian
Kita install update biar HP stabil.
Tapi kita sendiri nggak pernah stabil secara mental.
Diri Kita Gak Punya Patch Note
Gadget punya changelog:
“Bug fixed, performance improved.”
Tapi kita?
Gak ada log kapan terakhir upgrade pola pikir.
Gak ada notifikasi:
“Versi kamu saat ini ketinggalan 3 iterasi dari potensi terbaikmu.”
Sayangnya, hidup gak punya tombol “Restart” kalau sistem mental kita error.
Teknologi Itu Netral. Kita yang Nentukan
HP canggih gak akan bikin kamu jadi kreatif —
kecuali kamu punya sesuatu yang layak dibuat.
Laptop spek dewa gak akan bikin kamu produktif —
kalau kamu cuma buka TikTok fullscreen.
Semua tergantung siapa yang pegang.
Dan apa yang dilakukan setelah tombol dinyalakan.
Akhir Kata
Gak ada yang salah dengan upgrade gadget.
Tapi kalau kamu tahu chipset terkuat tahun ini,
tapi gak tahu gimana cara upgrade mindset,
mungkin ada yang perlu diperbaiki — bukan dari gadget, tapi dari dalam.
“Yang bikin hidup lebih baik bukan RAM 12GB,
tapi kepala dan hati yang gak berhenti belajar.”
Ditulis oleh Wasis Sarwo Estu